Friday, February 17, 2017

Teknik Silat Perisai Diri - Teknik Kombinasi

Teknik kedua yang kita bahas kali ini yaitu Teknik Kombinasi, Simak baik-baik penjelasan dibawah ini ya.
 
Teknik Kombinasi

Teknik Kombinasi

Kombinasi adalah satu set gerakan (bentuk) dari teknik PD yang dilatih untuk siswa di setiap sesi pelatihan. Dalam kebanyakan silat semacam ini disebut sebagai bentuk Jurus atau mirip dengan Kata di karate. Namun, ada perbedaan antara Kata, Jurus dan Kombinasi. Apa yang berbeda?Yang berbeda adalah bahwa Kombinasi dibuat oleh instruktur PD di tempat, ketika mereka berada di sesi pelatihan. Ini bukan satu set gerakan yang harus dihafal oleh siswa.

Kombinasi dibuat dengan memvisualisasikan kondisi Serang Hindar. Seorang siswa akan melakukan 5 sampai 10 bergerak berulang-ulang sampai 50 - 100 kali dengan kekuatan penuh. Tujuan Kombinasi adalah untuk menciptakan kebiasaan baik dan refleks yang baik bagi siswa. Ini juga akan membangun otot untuk mengadopsi teknik PD dengan benar. 

Kombinasi dibuat oleh pelatih dengan gerakan yang berbeda di setiap sesi, baik dengan tangan kosong atau menggunakan senjata.Salah satu keuntungan dari Kombinasi adalah untuk menyesuaikan refleks. 

Gerakan refleks dari seseorang dapat dilakukan karena mereka akan masuk dalam memori manusia. Dalam rangka untuk menyimpan refleks yang baik dari teknik PD, pelatih akan melatih siswa banyak variasi teknik selama pelatihan Kombinasi. Kombinasi Mereka akan diulang dari 50 hingga 100 kali, sehingga akan disimpan ke sisi terdalam dari memori siswa.Pelatihan Teknik Kombinasi adalah kunci utama untuk siswa PD dalam belajar teknik silat. 

Meskipun ada berbagai Teknik Asli, PD masih mendorong siswa untuk lebih fokus pada latihan teknik Kombinasi. Teknik Asli hanya sebuah pelajaran tambahan bagi mereka untuk tahu lebih baik tentang teknik asli. Namun, pelatihan teknik Kombinasi merupakan cerminan dari situasi pertempuran nyata. 

Jadi, ini lebih penting daripada Teknik Asli, karena salah satu tujuan dalam silat pelatihan adalah untuk dapat membela diri ketika hidup mereka dalam bahaya.Tentu saja, mencari pertempuran nyata sama sekali bukan tujuan utama dalam PD. 

Semua keterampilan yang diperoleh di PD lebih untuk pertahanan diri kita sendiri dan untuk mengumpulkan teman-teman di seluruh dunia.

Sekian dan Terimakasih, Salam Bunga Sepasang.
Read More

Teknik Silat Perisai Diri - Teknik Berpasangan

Teknik pertama kali yang kita bahas kali ini yaitu Teknik Berpasangan, Simak baik-baik penjelasan dibawah ini ya.
 

Teknik Berpasangan

Dalam kelas pelatihan, dua siswa berdiri berhadapan dengan pelatih berdiri dalam jarak dekat. Salah seorang siswa disebut sebagai A sementara lainnya adalah B. A diberikan untuk perintah olehpelatih  untuk membuat serangan sementara B menunggu sampai serangan dekat dengan tubuh siap pindah untuk menghindari serangan A. Keduanya menyerang dan menghindari teknik dilakukan dengan mengikuti prinsip teknik silat PD.

Teknik Berpasangan

Itu adalah bagaimana Silat PD melakukan pelatihan tatap muka. Ini teknik yang unik disesuaikan oleh pendiri untuk meminimalkan cedera antara siswa.

Setelah 5 – 10 perintah, instruktur menukar perintah, sehingga B menyerang sementara A menghindari serangan B. Pada tingkat awal, satu komando, yang biasanya ditentukan oleh instruktur dengan mengatakan ‘hoop’, diberikan untuk membuat satu gerakan. Ketika siswa dengan benar dapat mengatasi gerakan mereka dan menunjukkan teknik yang benar, pelatih kemudian akan meminta siswa untuk membuat 2 bergerak dalam 1 perintah. Ini kemudian akan bervariasi sampai dengan 5 bergerak dalam 1 perintah.

Ini adalah salah satu metode face to face Silat PD. Metode ini disebut sebagai Serang Hindar.

Cara lain untuk tatap muka di Silat PD Serang Balas. Serang Balas berarti bahwa dalam satu perintah, A melakukan serangan dan B menghindari, Setelah B, B menyerang A kembali dan A akan menghindari. Ini set gerakan: Serangan B menyerang dan A menghindari serangan, disebut sebagai Serang Balas. Pada 10 perintah pertama, instruktur akan meminta A untuk menyerang terlebih dahulu. Pada perintah 10 detik, instruktur akan swap, sehingga B akan menyerang terlebih dahulu.

Tujuan dari metode Balas Serang adalah untuk mendidik siswa, terutama mereka yang menghindari, untuk pindah ke daerah di mana sulit untuk melihat oleh penyerang, tapi akan mudah bagi penghindar untuk menyerang kembali. Penghindar juga akan belajar bagaimana mereka harus menempatkan langkah mereka selama menghindari, sehingga akan mempercepat gerakan berikutnya ketika mereka menyerang kembali.

Metode yang berbeda berlaku di Beladiri. Beladiri adalah metode set di mana A menyerang, dan B menghindari serangan A, serta melakukan serangan pada waktu yang sama. Jadi, bukannya menghindari seperti di Serang Hindar atau menghindari pertama dan dilanjutkan dengan menyerang pada gerakan berikutnya seperti di Serang Balas, Beladiri akan menggabungkan langkah menghindari serangan dan kembali dalam satu gerakan tunggal.

Sebagai ilustrasi sederhana, jika A menyerang dengan pukulan depan, B akan pindah ke sisi dan menggunakan tangan menusuk ke mata dalam satu gerakan. Dalam hal ini, B adalah melakukan beladiri.

Ini tiga metode tatap muka yang dilatih dari dasar sampai tingkat pendekar. Tidak hanya dengan tangan kosong, siswa juga akan belajar metode ini menggunakan senjata seperti pisau, pedang dan tongkat panjang.

Bagaimana..? keren bukan, pastinya dong Silat Perisai Diri Kota Pasuruan Memang yang terbaik, sekian dan terimakasih, Salam Bunga Sepasang.
Read More

Teknik Silat Prisai Diri

Teknik Perisai Diri Sangat berbeda sekali dengan perguruan silat-silat lainnya, Perisai Diri Memiliki Keunikan tersendiri dari perguruan Silat lainnya.

Perguruan Silat Perisai Diri Kota Pasuruan
Dalam Silat Perisai Diri terdapat beberapa teknik yang diajarkan secara bertahap dan kontinyu, diantaranya :

- Berpasangan
- Kombinasi
- Teknik Asli
- Senjata
- Pernafasan

Itulah beberapa Teknik Silat Perisai Diri, Sekian dan Terimakasih, Salam Bunga Sepasang.
Read More

Tingkatan Dalam Perisai Diri

Tingkatan di Perisai Diri dari 13 tingkatan, mulai dari dasar hingga tingkat teratas yaitu pendekar. Setiap tingkatan ditandai oleh warna sabuk, strip dan badge yang ada pada seragam Perisai Diri.

Logo Resmi Perisai Diri

Setiap tingkat di Perisai Diri memiliki target latihan yg berbeda, oleh karena itu materi latihan yang diberikan pun berbeda untuk setiap tingkatnya. Aspek yg membedakan antara tingkat yg satu dan yg lainnya adalah : keluwesan, ketegasan, tenaga, kecepatan, pernafasan, pendalaman tehnik dan pelaksanaan tehnik.

Gimana sih detailnya tentang materi yg dipelajari di Perisai Diri...? untuk lebih jelasnya mari kita simak dengan runtut hingga selesai ya, agar kalian jadi tau.

Tingkat Dasar

Tingkat Dasar I dan II bertujuan untuk memperkenalkan teknik Perisai Diri secara garis besar. Pada tingkat Dasar, siswa akan mempelajari :

- Langkah dasar Perisai Diri.
- Dasar dari sistem pertarungan Perisai Diri (Serang Hindar).
- Perkenalan tehnik Serangan (Tangan, kaki dan badan)
- Melatih arah terbaik dalam menghindari serangan lawan.  

Tingkat Calon Keluarga

Tingkat Calon Keluarga adalah masa transisi dimana siswa akan mulai dilatih untuk melaksanakan tehnik dengan benar, tegas, bertenaga dan serius. Yg akan dipelajari pada tingkat ini adalah:

- Melaksanakan Serang Hindar dengan pedoman yang benar.
- Memperkenalkan tehnik Serang Balas sebagai lanjutan pelajaran Serang Hindar.
- Secara khusus melatih kuda-kuda siswa melalui tehnik asli Minangkabau.
- Mempelajari senjata wajib Pisau.
- Mempelajari cara Pembelaan Diri. 


Tingkat Keluarga

Tingkat Keluarga dibagi menjadi 4 tingkatan, yaitu tingkat putih, putih hijau, hijau dan hijau biru. Lambang tingkatan berupa warna yang diletakkan di badge pada seragam Perisai Diri. Pada tingkat inilah siswa akan mempelajari tehnik Perisai Diri lebih dalam. Lalu, apa saja yg dipelajari di tingkat ini ?

- Melatih kelincahan dan fleksibilitas gerak tubuh melalui tehnik asli Burung Mliwis.
- Melatih kecepatan dan kelincahan melalui tehnik asli Burung Kuntul.
- Melatih penggunaan tenaga badan melalui tehnik asli Burung Garuda dan Harimau.
- Mengaplikasikan penggunaan tehnik Serang Hindar, Serang Balas dgn pedoman yg benar.
- Aplikasi pembelaan diri.
- Mempelajari senjata wajib: pedang dan thoya.
- Mempelajari senjata tambahan spt: kipas, clurit, samurai, dsb.
- Melatih kecepatan dengan target minimal 1 detik 2 gerak.

Tingkat Pelatih

Tingkat Pelatih dibagi menjadi 4 tingkatan, yaitu : Biru, Biru Merah, Merah dan Merah Kuning. Tingkat Biru dan Biru Merah disebut juga asisten pelatih internasional, sedangkan tingkat Merah dan Merah Kuning adalah pelatih internasional, yg berarti dimanapun ia berada, harus siap melatih silat Perisai Diri, baik di dalam ataupun di luar negeri. Lalu, apa saja yg dipelajari pada tingkat tersebut ?

- Melatih pernafasan untuk meningkatkan tenaga (power expansion), penyaluran tenaga (power distrbution) dan pelepasan tenaga (power explotion).
- Melatih pernafasan untuk meringankan tubuh.
- Melatih tehnik yg telah dipelajari, namun dalam tahap mendalami dan menghayati ( 3 tingkatan dlm mempelajari tehnik : mempelajari, mendalami dan menghayati).
- Mendalami dan menghayati pelajaran senjata.
- Mendalami pedoman tehnik tingkat lanjut (papasan) dan penerapannya.

Tingkat Pendekar

Tingkat ini dibagi menjadi 2 tingkatan: Pendekar Muda dan Pendekar. Pada tingkat ini, akan dipelajari penghayatan tehnik dan penggunaan tehnik yang halus/lembut namun berakibat fatal bagi lawan. Hal ini dipelajari melalui teknik asli Putri.

Bagaimana...? sudah tau kan...? sekian dan terima kasih. Salam Bunga Sepasang.
Read More

Saturday, January 28, 2017

Sejarah Munculnya Silat Perisai Diri

Sejarah Munculnya Silat Perisai Diri dulu ada SEORANG mahasiswa tiba-tiba saja terkejut ketika melihat sebuah buku bergambar orang dalam sikap beladiri di salah satu rak buku Toko Gunung Agung, tepat di sisi pojok utara perempatan Tugu, di simpang empat Jalan Jendral Sudirman-Jalan Diponegoro – Jl AM Sangaji – dan Jalan Pangeran Mangkubumi, Yogyakarta. Toko buku itu, pada tahun 1977 merupakan satu-satunya yang terbesar dan terlengkap di Kota Pelajar tersebut. 

Kini (tahun 2008) toko buku tersebut sudah tidak ada lagi.

Logo Resmi Silat Perisai Diri
Rasa ingin tahunya mendorong ia membuka halaman demi halaman buku itu. Di sana , di buku yang dipegangnya, terlihat dengan jelas aneka foto segala gerak beladiri dalam keterangan bahasa Indonesia yang mudah dimengerti. 

Foto-fotonya pun terpampang lugas sehingga dengan sekali melihat, si pembaca akan tahu apa yang dimaksud dan dimaui dengan gerak tersebut.
Itulah gerakan-gerakan beladiri silat. Buku itu seolah mengungkap tuntas sebuah jurus ilmu silat yang oleh banyak perguruan saat itu dianggap amat sangat rahasia dan tabu untuk diperlihatkan orang lain selain murid-muridnya.


Tetapi, di toko itu, pada tahun 1977; bukan hanya satu jurus yang dideretkan di rak tersebut. Ada beberapa buku lain yang berjudul seperti Burung Kuntul, Burung Garuda, dan Harimau. Siapa gerangan pendekar yang berani melanggar tradisi tabu perguruan silat itu?


Dialah Raden Mas Soebandiman Dirdjoatmodjo – yang kemudian dikenal dengan sapaan Pak Dirdjo atau Pak Dhe — salah seorang keturunan bangsawan dari Keraton Pakualaman Yogyakarta, putra dari Raden Mas Paku Soerdirdjo.


Pak Dirdjo-lah pendekar yang menobrak tradisi tabu itu. Beliau sengaja menuliskan ilmu silat yang diramunya itu dan kemudian dinamakan aliran silat Perisai Diri. Di dalam buku itu, lengkap dengan foto-foto tentang gerakan teknik silat dan dijual kepada umum pada tahun 1976. Tujuannya hanya satu: berusaha memperkenalkan beladiri silat seluas-luasnya.


Beliau melakukan itu untuk membuktikan bahwa ilmu silat adalah warisan budaya Bangsa Indonesia yang mampu bersaing dengan ilmu beladiri asing lainnya yang berasal dari Jepang, Korea, maupun Cina yang kala itu berkembang pesat di Indonesia. Silat harus dikembangkan dan dicintai oleh Bangsa Indonesia . Jangan sampai silat tidak berkembang karena terkungkung tradisi tabu dan ketradisionalannya.


Upaya Pak Dirdjo itu membuahkan hasil. Silat Perisai Diri akhirnya bukan hanya berkembang di kampung-kampung, namun telah merambah ke kampus-kampus perguruan tinggi, dan sekolah-sekolah. Silat Perisai Diri telah mampu mengubah pandangan masyarakat dari silat yang dianggap “kampungan” menjadi silat “kampusan”.


Perisai Diri tercatat sebagai perguruan silat yang menggelar kejuaraan antar perguruan tinggi di Indonesia sejak tahun 1975. Setelah itu secara rutin Perisai Diri menggelar kejuaraan nasional antar-perguruan tinggi. Dan hingga tahun 2004 lalu, Perisai Diri telah melaksanakan kejuaraan nasional silat Perisai Diri untuk yang ke-23 kalinya!


Merantau

Pak Dirdjo yang lahir pada 8 Januari 1913 ini sudah terlihat bakat yang menonjol dalam kemahirannya menguasai beladiri silat pada usia kanak-kanak. Pada umur 9 tahun, misalnya, ia telah mampu menguasai ilmu silat yang diajarkan di lingkungan Paku Alaman bahkan mampu pula melatih silat rekan-rekan sepermainannya.

Tampaknya Pak Dirdjo yang pada masa kecilnya dipanggil Soebandiman atau Bandiman oleh rekan-rekannya, tidak puas dengan ilmu silat yang ditelah didapatkannya di lingkungan tembok istana Paku Alaman itu. Setelah menamatkan HIK (Hollands Inlandsche Kweekchool — sekolah setingkat Sekolah Menengah Pertama jurusan guru pada masa itu) di Yogyakarta, Pak Dirdjo yang berusia 16 tahun mulai merantau untuk memperluas pengalaman hidupnya.


Pak Dirdjo melangkahkan kakinya ke arah Timur. Ia menuju Jombang di Jawa Timur. Di sana ia berguru kepada Bapak Hasan Basri dalam ilmu silat, dan belajar ilmu keagamaan dan ilmu lainnya di Pondok Tebu Ireng. Untuk membiayai keperluan hidupnya, ia bekerja di Pabrik Gula Peterongan.


Setelah merasa cukup berguru di Jombang , ia melangkahkan kakinya menuju ke Barat ke kota Solo di Jawa Tengah. Di kota ini ia berguru kepada Bapak Sayid Sahab dalam bidang ilmu silat. Di samping itu ia juga melengkapi ilmunya dengan berguru kepada kakeknya sendiri Ki Jogosurasmo.


Pemuda Soebandiman ini belum puas mereguk ilmu. Ia kembali berguru ke Bapak Soegito yang beraliran silat Setia Saudara (SS). Rasa keingintahuan yang besar pada ilmu beladiri menjadikan pemuda ini masih belum merasa puas dengan apa yang telah ia miliki. Soebandiman alias Pak Dirjo muda ini meneruskan berguru ke Pondok Randu Gunting di Semarang, ia masih melengkapi ilmu silatnya ke Kuningan di daerah Cirebon , Jawa Barat. Semua ilmu yang didapatnya itu diolah dan melebur dalam dirinya.


Setelah merasa cukup, pemuda yang telah dewasa ini menetap di Banyumas dan mendirikan perguruan silat Eka Kalbu (Eka yang berarti satu hati). Dalam pergaulannya di kalangan ahli beladiri di Banyumas, pemuda ini bertemu dengan seorang suhu bangsa Tionghoa, Yap Kie San, yang beraliran beladiri Siauw Liem Sie.


Sekali lagi, pemuda yang haus ilmu itu berteman dan berguru kepada Yap Kie San. Selama 14 tahun pemuda ini berguru kepada Yap Kie San. Ada enam saudara perguruannya yang bertahan lama diasuh oleh Suhu Yap Kie San. Empat adalah bangsa Tionghoa, dan dua lainnya dari Jawa yaitu Pak Broto Sutarjo, dan Pak Dirdjo.


Dalam masa perguruannya itu, Suhu Yap Kie San menilai Pak Dirdjo sebagai pemuda yang berbakat. Suhu Yap Kie San menghadiahi Pak Dirdjo sepasang pedang sebagai symbol kecintaan guru kepada murid terkasihnya.


Bak kata pepatah, sejauh-jauhnya burung terbang nanti akan kembali ke sarangnya juga; demikian pula Pak Dirdjo. Beliau akhirnya kembali ke Yogyakarta . Di Kota Budaya ini Pak Dirdjo diminta mengajar ilmu silat di Taman Siswa, sebuah sekolah yang didirikan oleh tokoh pendidikan nasional Ki Hadjar Dewantoro yang juga pamannya.


Pak Dirdjo tidak begitu lama mengajar silat di Taman Siswa, sebab ia harus bekerja di Pabrik Gula Plered di kawasan Yogyakarta juga. Di pabrik gula ini ia menduduki jabatan Magazie Meester.


Lalu pada tahun 1947-1948, berkat pertolongan dari Bapak Djumali yang bekerja di Departemen Pendidikan Daerah Istimewa Yogyakarta, Pak Dirdjo diangkat menjadi pegawai negeri di lingkungan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan di Seksi Pencak Silat. Dengan misi mengembangkan silat itu, Pak Dirdjo kemudian mengajar Himpunan Siswa Budaya (sebuah unit kegiatan mahasiswa Universitas Gadjah Mada). Jelas saja para muridnya adalah para mahasiswa Universitas Gadjah Mada pada awal-awal berdirinya kampus tersebut. Pak Dirdjo juga membuka kursus silat di kantornya.


Beberapa murid Pak Dirdjo kala itu seperti Mas Dalmono (Ir Dalmono – kabar terakhir ia belajar dan kemudian bekerja di Rusia), Mas Suyono Hadi (Prof DR Suyono Hadi – telah meninggal dunia dan bekerja sebagai dokter dan dosen Universitas Padjadjaran Bandung), serta Mas Bambang Moediono alias Mas Whook.


Ketika tahun 1953 Pak Dirdjo mulai pindah ke Surabaya berkaitan dengan tugasnya sebagai pegawai negeri di Kantor Kebudayaan Jawa Timur Urusan Pencak Silat, maka murid-muridnya di Yogyakarta yang berlatih di UGM maupun di luar UGM bergabung menjadi satu dalam wadah bernama Himpunan Penggemar Pencak Silat Indonesia (HPPSI) dengan diketuai oleh Mas Dalmono.


Sementara itu di Surabaya, Pak Dirdjo kembali mengembangkan ilmu silat dalam kursus-kursus silat di lembaganya. Baru pada tanggal 2 Juli 1955, Pak Dirdjo dibantu Pak Imam Ramelan secara resmi menamakan silat yang diajarkan dengan nama Perisai Diri. Para muridnya di Yogyakarta pun kemudian menyesuaikan diri menamakan himpunan mereka sebagai Silat Perisai Diri.


Di sisi lain, perguruan Eka Kalbu yang pernah didirikan oleh Pak Dirdjo secara alami murid-muridnya masih berhubungan dengan Pak Dirdjo. Mereka tersebar di kawasan Banyumas, Purworejo, dan Yogyakarta . Hanya saja perguruan ini kemudian memang tidak berkembang, namun melebur dengan sendirinya ke Perisai Diri, sama seperti HPPSI di Yogyakarta. Satu guru menjadikan peleburan perguruan ini menjadi mudah.


Para murid Pak Dirdjo sebelum nama Perisai Diri muncul hingga kini (tahun 2008) masih hidup. Usia mereka berkisar antara 65 tahun hingga 70 tahun lebih dan masih bias dijumpai di kawasan Yogyakarta dan sekitarnya.


Berbahasa Indonesia

Segala teknik silat Perisai Diri ditulis dalan bahasa Indonesia yang baku . Hal itulah yang menjadikan Perisai Diri lebih mudah diterima oleh kalangan terdidik seperti mahasiswa. Penulisan teknik dalam bahasa Indonesia baku sebenarnya harus diakui sebagai langkah maju tersendiri dibandingkan perguruan lain yang masih berkutat dengan bahasa daerah asal perguruan itu berkembang.

Bahkan dengan nasionalismenya itu, Perisai Diri akhirnya bisa diterima di semua kalangan beragam suku, agama, maupun strata sosial. Dapat dipelajari oleh seluruh penduduk Indonesia yang tinggal di 17.000 pulau.


Motto Perisai Diri “Pandai Bersilat Tanpa Cedera” yang juga bermakna pandai beladiri tanpa cedera, makin membuat beladiri ciptaan Pak Dirdjo bisa dipahami dengan logika. Pecinta beladiri akan mengerti bahwa seorang ahli beladiri memang sulit untuk dicederai lawan. Bisa juga berarti dalam berlatih pun ia tidak akan cedera karena kesalahan sendiri.


Unsur kecepatan dalam beladiri menjadi pegangan Pak Dirdjo. Ia mewajibkan para muridnya mampu melakukan gerakan silat minimal dua gerak dalam satu detik. Gerakan itu bisa berupa serangan, hindaran, tolakan, tebangan, ataupun paduan unsur-unsur itu. Jadilah Perisai Diri menciptakan gaya silat SATU DETIK DUA GERAK.


Istilah satu detik dua gerak itu semula dianggap sepele oleh banyak pendekar maupun pecinta silat. Akan tetapi semakin mereka banyak menyaksikan pertandingan silat yang mulai digelar sejak 1970-an, para pendekar silat maupun pecandu beladiri lain semakin memahami misteri kata “satu detik dua gerak” tersebut. Hanya seorang ahli beladiri nan piawai saja yang mampu bergerak secepat itu.


Sementara diakui atau tidak, nama-nama teknik silat Perisai Diri kini sudah diadopsi di kancah persilatan. Istilah tendangan Sabit, kemudian tendangan T (baca TE), bahkan sapuan; misalnya, sudah menjadi bukti bahwa keinginan Pak Dirdjo terwujud.


Istilah itu dipakai di dunia persilatan. Bila kemudian ada beberapa perguruan baru muncul dengan menggunakan teknik Perisai Diri, itupun tidak pernah dipermasalahkan. Mungkin, para murid Pak Dirdjo pun — tanpa setahu mereka –, kini memiliki lebih banyak saudara perguruan karena menyerap ilmu yang sama dengan nama perguruan yang berbeda.

Ada 19 macam teknik tangan kosong yang disebut teknik asli di Perisai Diri seperti Jawa Timuran, Minangkabau, Betawen, Cimande, Burung Mliwis, Burung Kuntul, Burung Garuda, Kuda Kuningan, Lingsang, Harimau, Naga, Satria Hutan, Satria, Pendeta, Putri Bersedia, Putri Sembahyang, Putri Berhias, dan Putri Teratai.
Bukan melulu teknik tangan kosong, para murid pun diajari berbagai senjata mulai dari pisau, pedang, toya, senjata lempar, sampai dengan pengembangan dari senjata-senjata itu seperti rantai, cambuk, tombak, dan lain-lainnya.


Pak Dirdjo selalu berpesan kepada murid-muridnya agar menguasai ilmu silat haruslah dengan cara mendaki dan memanjat, bukan dengan melompat. Untuk memahami ilmu silat memang memerlukan kerajinan, ketekunan, kesungguhan, dan disiplin.


Pak Dirdjo wafat usia 70 tahun, ditunggui para muridnya di Surabaya pada 9 Mei 1983. Pada tahun 1986, beliau mendapat gelar Pendekar Purna Utama dari Pemerintah Republik Indonesia .
Niat Pak Dirdjo untuk mengembangkan silat akhirnya tercapai juga. Meskipun ia belum bisa menikmati kejayaan murid-muridnya di arena beladiri silat, namun secara pasti teknik Perisai Diri ciptaannya telah merajai di beberapa pertandingan silat secara internasional.


Nama-nama seperti Joko Widodo, Herina (asal Yogyakarta), Tony Widya (Jakarta), Tri Wahyuni (Malang), Wadiah (Mataram), Suryanto, Samiaji (Bandung), A Triya (Surabaya), mampu malang melintang di kejuaraan internasional pencak silat sejak kejuaraan internasional itu digelar tahun 1987 hingga 1995.
Keharuman nama Perisai Diri masih dilanggengkan oleh pesilat Made Arya Damayanti, Ayu Ariati, Ni Nyoman Suparniti, dan I Nyoman Yamadhiputra ( Bali ) pada periode 1995 – 2005. Arena nasional hingga dunia mereka jelajahi dengan teknik Perisai Diri dengan memperoleh medali emas.


Pendekar pendobrak tradisi tabu itu pula yang akhirnya mampu meyakinkan orang-orang Eropa seperti Belanda (1970), Jerman (1983), Inggris, Swiss (1999), Hongaria, Australia (1979), Amerika Serikat (2000), Thailand (1995), Filipina (1995), bahkan Jepang (1996) untuk mempelajari Silat Perisai Diri. Silat mudah diterima, bisa dilogika. Silat sudah mendunia.


Lagi-lagi, di luar Indonesia, murid-murid Pak Dirdjo di Eropa, Amerika, dan Australia mampu menunjukkan bahwa beladiri khas Indonesia itu mampu mengibarkan benderanya di pertarungan antar-aliran beladiri di sana.


Tidak mengherankan jika penulis aliran beladiri seperti Donn F Draeger menulis silat Perisai Diri dalam bukunya The Weapons and Fighting Arts of Indonesia pada tahun 1972. Akan tetapi ia belum puas. Jika dalam buku pertamanya ia menulis beberapa gaya perguruan pencak silat di Indonesia; maka ia kembali mengupas lebih dalam untuk silat Perisai Diri pada buku keduanya yang berjudul: Javanese Silat: The Fighting Art of Perisai Diri pada tahun 1978.


Penjelasan secara detil disertai bukti praktik dalam bersilat yang ditunjukkan Pak Dirdjo yang membuat Draeger bertekuk-lutut mengakui bahwa Perisai Diri memang layak mendapat tempat khusus. Foto-foto Pak Dirdjo dalam bersilat ditemani para muridnya di Surabaya memenuhi halaman buku keduanya tersebut.


Tidak berlebihan jika saat ia dipanggil Tuhan Yang Maha Esa, jumlah muridnya yang tersebar di Indonesia dan beberapa negara telah mencapai 50.000 lebih sehingga menempatkan Perisai Diri sebagai salah satu perguruan besar di antara 800 perguruan silat di Indonesia. 


Itulah Sejarah Munculnya Silat Perisai Diri, Sekian dan Terimakasih, Salam Bunga Sepasang
Read More